Yang
masih single pasti udah langganan banget nih dapat pertanyaan “Kapan nikah?” atau “Kapan nyusul?” –
saat menghadiri resepsi pernikahan entah itu teman, saudara atau temennya
saudara. Bagi yang sudah punya pasangan mungkin kalem aja jawabnya, kalau engga
“Nanti” Paling “Doain aja biar cepet nyusul.” Yang biasanya ngenes itu yang masih
jomblo. Nah lho…
Flashback
bentar ya ke kehidupan pribadiku beberapa tahun silam______
Saat
itu aku masih lugu *jiahh – saat dimana punya pacar itu ngga lebih penting dari
nyari duit. Saat dimana ngga punya pacar nyerempet sama istilah nggak laku (istilah
yang mereka ciptakan karena merasa udah laku). Secara semua temenku – di tempat
kerja – udah pada punya gandengan, beberapa bahkan punya dua. Tuh kan serakah,
pantesan aku jomblo.
Dan
yang paling bikin nyesek itu, saat dibully sama temen yang 4 tahun lebih muda.
Kalau ngga salah ingat dia lulus SMP langsung cari kerja – mungkin usianya
sekitar 15 tahun. Jadilah si dia nangkring manis satu meja denganku. Hmmmm,
kecil-kecil udah pacaran. Beraninya menghina orang dewasa yang belum punya
pasangan.
Okke,
lupakan mereka. Kita beralih ke sesi kondangan. Dimana temen-temen datang
bersama pasangannya, aku datang bersama cowok bayaran. Lebih tepatnya, tukang
ojek kali ya – karena serius saya bayar uang bensinnya. Dan selalu saja,
kata-kata “Kapan nyusul?” meluncur
tanpa ampun. Seolah itu adalah sambutan yang bersifat wajib. Sebenarnya mungkin
dia hanya basa-basi. Mencoba membuka sebuah obrolan. Well positive thinking
aja, sambil dijawab “Doain aja,
mudah-mudahan cepet ketemu jodohnya.” Dan seotomatis pertanyaannya, dia
juga bakal mengaminkan dengan cepat.
Keep
calm sista. Kali aja ada cowok single yang denger. Hehehe…. Serius loh, ini
juga pernah terjadi pada kehidupanku di masa silam.
Lain
cerita kalau kondangannya ke rumah tetangga, ke tempat saudara, atau ke rumah
sahabat yang mana kita udah akrab sama ortunya. Seperti yang kita ketahui
bersama, para orang tua berada pada tipe usia yang selalu saja kepo. Maka, “Kapan nikah?” menjadi lebih serius saat
mereka yang bertanya. Mungkin, mereka sudah sangat siap untuk kondangan ke emak
kita. Hahaha… Atau mereka sebenarnya reflek tanya, karena memang itu yang ia
dengar semasa muda dari para orang tua pada jamannya. Well, nggak perlu galau
mau jawab apa. Tetap stel calm, senyum tipis sambil bilang. “Doain aja tante, mudah-mudahan cepet ketemu
jodohnya.”
Maka
perhatikan respon balasannya. Bukan lagi amiin, seperti teman kita, tetapi “Ya tante doain, semoga lekas ketemu sama
jodohnya. Yang mapan, yang perhatian, yang bisa memimpin keluarga.” Maka,
jadilah kita yang lantas meng-aamiin-kan apa yang mereka doakan. Bukankah doa
orang tua itu mujarab??? Tapi, kebanyakan dari mereka selalu lupa menyelipkan
kata ‘ganteng’ untuk jodoh kita. Xixixixi…. #ngelunjak eh bukan, tepatnya
#berharap. Haha…
Flashback
end___
7
tahun berlalu. Mengikuti perkembangan teknologi, saya pun memanfaatkan media
sosial. Dan ternyata, topik “Kapan nikah?” cukup viral juga di antara dunia
para single ladies modern saat ini. Banyak status yang mengungkapkan
kekesalannya pas ditanya semacam itu. Banyak yang galau, banyak yang envy,
banyak yang risih. Tapi banyak juga kok yang stay cool. ‘Kalau jodoh takan
kemana’ katanya.
Jadi,
kamu termasuk yang mana gaes??
Yang
pasti, mereka takan berhenti bertanya. Saat kita sudah menikah, mereka akan
tanya “Sudah punya momongan?”. Dan saat
sudah punya momongan mereka akan bertanya, “Kapan
nambah?”
Begitulah
seterusnya, dan bisa jadi, setelah kita menikah, maka kita menjadi bagian dari
mereka - yang tanpa bermaksud apapun, tanpa motif apapun, apalagi ngebully –
dengan spontannya bertanya “Kapan nikah?”