Judul Buku : GARIS WAKTU – Sebuah Perjalanan Menghapus
Luka
Penulis :
Fiersa Besari
Penyunting :
Juliagar R. N.
Penyunting Akhir : Agus Wahadyo
Foto :
Fiersa Besari
Penata Letak : Didit Sasono
Desainer Cover : Budi Setiawan
Jumlah Halaman : 211 Halaman
Cetakan Pertama : Tahun 2016
Diterbitkan
pertama kali oleh ‘mediakita’
Setelah
membaca buku ini, saya dibuat baper dengan serentetan kata yang Beliau rangkai.
Entah itu tentang cinta, mulai dari jatuh hati hingga patah hati. Tentang
cita-cita, tentang sahabat, tentang keluarga, dan tentang semesta. Namun yang
paling berkesan adalah tentang bagaimana mengikhlaskan sesuatu yang begitu kita
idam-idamkan untuk dimiliki. Dari 209 halaman yang mengisahkan tentang “aku”
dan “kamu” (karena 2 halaman terakhir berisi biografi penulis), berikut saya kutip beberapa bagian yang membuat buku ini layak untuk
ada dalam list bacaan kamu:
==============================
“Pada sebuah garis
waktu yang merangkak maju,akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang
mengubah hidupmu untuk selamanya. Kemudian satu orang tersebut akan menjadi
bagian terbesar dalam agendamu. Dan hatimu takan memberikan pilihan apapun
kecuali jatuh cinta, biarpun logika terus berkata bahwa risiko dari jatuh cinta
adalah terjerembab di dasar nestapa.”
“Hidup adalah
serangkaian kebetulan. ‘Kebetulan’ adalah takdir yang menyamar.”
“Jika kita berjodoh,
walaupun hari ini dan di tempat ini tidak bertemu, kita pasti akan tetap
dipertemukan dengan cara yang lain.”
“Jangan memikat jika
kau tak berniat mengikat.”
“Perasaan laksana
hujan, tak pernah datang dengan maksud yang jahat. Keadaan dan waktulah yang
membuat kita membenci kedatangannya.”
“Menyayangimu
sangatlah mudah, aku bisa melakukannya berulang kali tanpa pernah merasa bosan.
Yang sulit itu cara menunjukannya.”
“Tak perlu kekinian,
karena yang kekinian akan alay pada waktunya.”
“Tidak perlu takut.
Tunjukan saja warna-warnimu yang sesungguhnya. Bahkan lukisan terbaik sedunia
pun mempunyai pembenci dan pengkritik.”
“Sekuat-kuatnya
seseorang memendam, akan kalah oleh yang menyatakan. Sehebat-hebatnya seseorang
menunggu, akan kalah oleh yang menunjukan.”
“Rasa yang tidak
berbatas takan mempermasalahkan ketika tidak berbalas.”
“Beberapa rindu
memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan
lewat doa. Beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk
diutarakan, hanya untuk disyukuri keberadaannya.”
“Menaruh hati di atas
ketidakpastian sikap sama saja dengan menaruh tangan di tangan seseorang yang
sama sekali tidak ingin menggenggam.”
“Seseorang yang tepat
tak selalu datang tepat waktu. Kadang ia datang setelah kau lelah disakiti oleh
seseorang yang tidak tahu cara menghargaimu.”
“Akan tiba saatnya
kita temukan alasan paling tepat untuk berjuang. Jika telah tiba, genggam erat.
Sesuatu yang istimewa takan datang dua kali.”
==============================
Tampak samping |
“Tak perlu bersama
selamanya. Selamanya itu terlalu lama. Seumur hidup saja. Untukku, itu sudah
lebih dari cukup.”
“Usia, jarak, waktu
dan kelas sosial hanyalah angka bagi dua orang yang saling memperjuangkan satu
sama lain.”
“Sebuah kebahagiaan
tidak perlu dipamerkan kepada dunia.”
“Jika mereka bertanya
padaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah ‘tidak’. Berhasil ataupun gagal,
aku bangga hidup di atas keputusan yang kubuat sendiri.”
“Ketika kau melakukan
usaha mendekati cita-citamu, di waktu yang bersamaan cita-citamu juga sedang
mendekatimu. Alam semesta bekerja seperti itu.”
“Jika saatnya tiba,
sedih akan menjadi tawa, perih akan menjadi cerita, kenangan akan menjadi guru,
rindu akan menjadi temu, kau dan aku akan menjadi kita.”
“Kakimu bisa kau
taruh di tempat tertinggi,tapi apakah hatimu bisa kau taruh di tempat
terendah?”
==============================
“Pada sebuah garis
waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan
pegangan. Yang paling menggiurkan setelahnya adalah berbaring, menikmati
kepedihan dan membiarkan garis waktu menyeretmu yang niat – tak niat menjalani
hidup. Lantas, mau sampai kapan? Sampai segalanya terlambat untuk dibenahi?
Sampai cahayamu benar-benar padam? Sadarlah bahwa Tuhan mengujimu karena Dia
percaya dirimu lebih kuat dari yang kau duga. Bangkit. Hidup takan menunggu.”
“Pelajari sebelum
berasumsi. Dengarkan sebelum memaki. Mengerti sebelum menghakimi. Rasakan
sebelum menyakiti. Perjuangkan sebelum pergi.”
“Aku, biarlah seperti
bumi. Menopang meski diinjak, member meski dihujani, diam meski dipanasi.
Sampai kau sadar, jika aku hancur… kau juga.”
“Takan mulia kau
menunggu permintaan maaf. Takan hina kau meminta maaf terlebih dahulu.”
“Aku tidak tahu cara
membencimu dengan baik dan benar, seperti kau tidak tahu cara menyayangiku
dengan baik dan benar.”
“Menangis tidak
membuktikan kau lemah, itu mengindikasikan kau hidup. Apa yang kau lakukan
setelah menangis-lah penentu lemah atau tidaknya dirimu.”
==============================
“Pada sebuah garis
waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada
titik-titik kenangan tertentu. Namun tiada guna, garis waktu takan memperlambat
gerakannya barang sedetikpun. Ia hanya mampu maju. Dan mau tidak mau, kita
harus ikut terseret dalam alurnya. Maka, ikhlaskan saja kalau begitu. Karena
sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah berpegangan
pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan.”
“Beberapa orang
berhenti menyapa bukan karena perasaannya berhenti, melainkankarena telah
mencapai titik kesadaran untuk berhenti disakiti.”
“Tidak ada yang
abadi, baik bahagia maupun luka. Suatu saat kita akan tiba di titik
menertawakan rasa yang dulu sakit, atau menangisi rasa yang dulu indah.”
“Terkadang, pertemuan
dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun kenangan dan perasaan tinggal
terlalu lama.”
“Jika kita tidak bisa
menghapus seseorang dari ingatanmu, mungkin ia memang digariskan untuk ada di
sana. Sudahlah… Manusia akan melupa pada saatnya.”
“Kalau saja aku tahu
waktu itu adalah kali terakhir aku melihatmu, aku akan mengucapkan hal yang
lebih baik.”
“Sahabat mencarimu
ketika yang lain mencacimu. Mereka merangkulmu ketika yang lain memukulmu.”
“Beberapa orang
tinggal dalam hidupmu agar kau menghargai kenangan. Beberapa orang tinggal
dalam kenangan agar kau menghargai hidupmu.”
Dan, di akhir halaman
kita disuguhi lirik lagu yang juga karya Fiersa Besari dengan judul “GARIS
WAKTU”
==============================
Cover belakang |
Kenangan memburai, bersama wangimu, yang
singgah di kala hujan
Tawa dan tangisan yang kita lalui… kini
sebatas sejarah
Kau yang terbaik… Kau yang terindah
Kau yang mengajari arti jatuh hati
Kau beri harap, lalu kau pergi
Garis waktu tak kan mampu… menghapusmu
Kau pernah menjadi pusat semestaku
Segalanya kuberikan…
Sekarang kita hanya, dua orang asing
Dengan sejuta kenangan…
Kau yang terbaik… Kau yang terindah
Kau yang mengajari arti jatuh hati
Kau beri harap, lalu kau pergi
Garis waktu tak kan mampu… menghapusmu
(Ketika kesetiaan menjadi barang mahal
Ketika kata maaf terlalu sulit untuk diucap
Ego siapa yang sedang kita beri makan?
Entah…
Aku marah, bukan berarti tak peduli
Aku diam, bukan berarti tak memperhatikan
Dan aku hilang, bukan berarti tak ingin
dicari)
Kau yang terbaik, juga terburuk
Kau yang mengajari arti patah hati
Kau beri harap, lalu kau pergi
Garis waktu takan mampu menghapusmu…
==============================
Baca juga :