Judul
Buku : Catatan Juang
Penulis
: Fiersa Besari
Penyunting :
Juliagar R. N.
Penyunting
Akhir : Agus Wahadyo
Desainer
Cover : Budi Setiawan
Lettering
: @deanurrizkir
Penata
Letak : Didit Sasono
Diterbitkan
pertama kali oleh : mediakita
Cetakan
Pertama : Tahun 2017
Jumlah
Halaman : vi + 306 halaman
‘Catatan
Juang’ adalah buku ketiga karya Fiersa Besari dan merupakan sempalan dari
novel sebelumnya yang berjudul ‘Konspirasi
Alam Semesta’ yang dapat kita nikmati secara terpisah. Hanya saja, pasti bakalan
penasaran kalau udah baca buku ini, tapi belum baca Konspirasi Alam Semesta. Kalau kamu ngga setuju, itu urusanmu.
Hehehe… Ketularan jargonnya Bung Fiersa nih…
Pada buku berdimensi 13 x 19 cm ini juga ada beberapa sempalan quote dari
karya pertamanya yang berjudul ‘Garis
Waktu’. Tapi, meskipun ditulis dan dibaca berkali-kali pun rasanya masih
asik aja, nggak bosan. Mungkin karena kata-katanya yang enteng dan masuk sama
realita yang banyak kita lihat di jaman now.
*jiahhh*
Lebih tepatnya si karena aku merasa setuju
dengan apa-apa yang Bung Fiersa sampaikan. Seolah beliau tahu betul apa-apa
yang telah aku lalui, paham betul apa-apa yang aku pikirkan, dan mengerti betul
apa-apa yang aku inginkan. Ah, apakah ini semacam konspirasi alam semesta?
*xixixi*
Pada kisah 300 halaman ini (karena 6
halaman terakhir berisi ucapan terima kasih dan biografi penulis), masih
seperti biasa, penulis selalu menyisipkan pesan-pesan sosial dan humanisme.
Kali ini melalui Kasuarina atau Suar – sang tokoh utama yang menemukan sebuah
buku ‘Catatan Juang’ saat dirinya hendak turun dari angkot. Alih-alih mencari
siapa pemilik aslinya, Suar justru keterusan membaca isinya dan mulai
terinspirasi dengan apa-apa yang catatan itu kemukakan.
Lalu melalui Dude – seorang aktivis sosial,
pegiat seni, keturunan Batak yang mencoba keberuntungannya membuka kedai kopi.
Juga melalui tokoh-tokoh lain yang
berhubugan dengan mereka serta tak ketinggalan melalui buku bersampul merah
yang berisi catatan Juang.
Saat membaca novel ini, aku sempat tersihir
untuk mengikuti langkah Suar yang menuruti nasihat Juang: keluar dari zona
nyaman. Keluar dari hiruk pikuknya perkotaan dan dunia kerja kantoran yang
memenjara hidup kita. Lalu mencoba menikmati alam raya yang masih asri nan
indah, mengingat usia manusia yang rata-rata hanya sekitar 60-70 tahun –
terlalu sayang untuk dihabiskan di bawah tekanan kerja dan kesibukan yang
membuat kita lupa tujuan awal diciptakannya alam dan jagad raya untuk manusia. Hmmm,
betul juga.
Resign?? *iya…tidak…iya…tidak…?!*
Ah, setelah kupikir-pikir, keluar dari zona
nyaman itu hanya untuk orang-orang yang memang punya pandangan lebih mantap
tentang masa depannya, tentang apa yang akan ia lakukan setelah resign, tentang
apa yang akan ia lakukan setelah tahu bahwa keluar dari zona nyaman memang
benar-benar tidak nyaman, bukan karena terpengaruh oleh novel macam aku. Hahaha
*plak!!!* ditampar biar sadar.
Jadi, kusimpan saja dulu alasannya,
barangkali besok atau lusa aku benar-benar mantap untuk mengikuti langkah Suar
untuk pergi menggapai apa yang sebenarnya aku inginkan.
Bagi yang penasaran seberapa magis kata-kata
Bung Fiersa dalam mempengaruhi alam bawah sadar kita tentang realita hidup
jaman now, yuk bisa disimak beberapa
sempalan Catatan Juang di bawah ini:
***
"Lucu, kita membentuk pola pikir anak kecil
agar tumbuh menjadi seperti kita. Padahal, diam-diam kita rindu menjadi anak
kecil lagi."
#catatanjuang Hal. 15
"Sebagai seorang perokok saklek, tentu aku
memilih untuk cuek bebek, berjudi pada nasib, dan berharap diagnosa dokter
tersebut salah. Tapi, aku teringat kelakar seorang sahabat, "Kalau hidup
kamu dipenuhi dengan makan engga teratur, asap rokok, serta bergadang, kamu
cuma punya dua pilihan: bikin asuransi jiwa, atau mulai berolahraga. Jangan
sampai nyusahin keluarga dan orang-orang terdekatmu cuma karena kamu senang
menghancurkan diri sendiri." Meski ia cuma bercanda, namun kalimatnya
cukup menyentilku."
#catatanjuang Hal.61
"Makanya, aku selalu percaya, orang-orang
sukses di dunia ini bukanlah orang-orang berbakat; Melainkan orang-orang yang
berjuang tanpa kenal menyerah."
#catatanjuang Hal.66
"Hujan tidak pernah turun dengan maksud yang
buruk. Waktu dan keadaanlah yang membuatnya terasa buruk. Ah... bukankah cinta
juga begitu?
Aku tertawa sendiri. Kadang sesuatu yang
terbaik datang tidak tepat waktu, setelah kita puas bercengkerama dengan rasa
kesal dan rasa sesal terlebih dahulu. Ah... bukankah cinta juga begitu?"
#catatanjuang Hal. 70-71
"Kebaikan tidak selalu tentang membagikan
harta. Aku seringkali lupa bahwa kita bisa menjadi pembawa kebaikan kecil
setiap harinya."
-Suar-
#catatanjuang Hal.72
"Gunung bukanlah tempat untuk pamer, tempat
untuk berhitung ketinggian, apalagi tempat untuk menambah jumlah puncak yang
sudah kita daki.
Mungkin kita baru akan mengerti esensi dari
sebuah perjalanan saat kita sudah tidak lagi melakukan perjalanan cuma untuk dibilang
"keren" oleh orang lain; saat kita sudah tidak lagi sibuk mengingat
tempat apa saja yang sudah atau belum kita kunjungi.
Bukankah, perjalanan yang seru itu dilihat
dari persahabatan yang kita jalin dengan orang-orang baru? Bukankah, perjalanan
yang hebat itu diukur dari seberapa banyak pelajaran yang kita ambil dan
seberapa banyak kebaikan yang kita berikan?"
#catatanjuang Hal.74
"Karena yang paling menyebalkan dari sebuah
"janji" adalah: membuat seseorang menanti dan berekspektasi."
#catatanjuang Hal.78
"Diperhatikan oleh banyak orang itu memang
keren. Tetapi, memperhatikan banyak hal itu jauh lebih keren."
#catatanjuang Hal.91
"Zaman boleh instan, diri kita tidak boleh
instan. Karena, pada akhirnya, seseorang yang tidak mencapai sesuatu dengan
instan, akan selalu tahu caranya bangkit kembali saat dijatuhkan.
#catatanjuang Hal.95-96
***
“Setiap
generasi mempunyai kenangannya sendiri-sendiri, dan sungguh menyedihkan melihat
banyak orang yang sangat senang melupakan masa lalu. Padahal yang perlu kita
lakukan hanyalah mengingat masa lalu dengan persepsi yang tidak menyakitkan.”
#catatanjuang Hal. 116
“Kebaikan
pada alam bisa dilakukan dengan hal yang paling sederhana, jangan buang sampah
sembarangan, misalnya, terlepas ada yang melihat atau pun tidak.”
#catatanjuang Hal. 136
“Penolakan adalah hal biasa untuk menempa
diri kita menjadi manusia luar biasa. Kalau apa-apa langsung diterima, apa
asyiknya hidup ini?”
#catatanjuang Hal. 163 dan 162
“Dari mana kita akan belajar kalau sedikit
saja sakit hati inginnya cepat-cepat melupakan?”
#catatanjuang Hal. 172
“Sebab kopi mengingatkanku pada cinta yang
bertepuk sebelah tangan. Pahit, namum kita tak bisa berhenti menikmatinya.”
– Dude –
#catatanjuang Hal. 177
“Jangan terlalu dipikirkan. Bagian tersulit
dari mengerjakan sesuatu adalah memikirkannya terlalu lama.”
#catatanjuang Hal. 187
“… jangan sembarangan menyerahkan hati
ketika patah, karena hanya di tangan mekanik yang tepat hati kita akan sembuh.
Jadi, tidak perlu terburu-buru. Cinta tidak hadir untuk memuaskan rasa
kesepian; cinta hadir untuk menuntaskan pencarian.”
#catatanjuang Hal. 193
“Menulis adalah sebuah kebutuhan agar otak
kita tidak dipenuhi oleh feses pemikiran. Maka, menulislah. Entah di buku
tulis, daun lontar, prasasti, atau bahkan di media sosial.”
#catatanjuang Hal. 198
***
“Setahuku, bercanda itu seharusnya lucu,
bukan menyakitkan.”
#catatanjuang Hal. 202
“Sebuah kepastian yang pahit akan jauh
lebih baik daripada keplin-planan yang manis.”
– Suar –
#catatanjuang Hal. 244
“Dan percayalah, cara terkeren untuk
menjadi keren adalah dengan tidak berpikir ingin menjadi keren. Karena, takkan
mati kau dicaci, takkan kenyang kau dipuji.”
#catatanjuang Hal. 265
“Karena, yang menyenangkan dari menjadi
orang dewasa adalah berbagi cerita dan pengalaman pada generasi muda.”
#catatanjuang Hal. 268
***
Epilog:
Buku ini membawaku untuk menilik berbagai
jenis cinta dalam kehidupan. Karena cinta itu mencakup banyak hal, cinta kepada
Tuhan, cinta kepada alam, cinta pada keluarga, cinta kepada lawan jenis,
sahabat, tanah air, dan buku.
Oya, bukankah hobby dan cita-cita juga
lahir karena adanya cinta? Jadi teruslah berjuang melakukan kebaikan atas nama
cinta. Karena…
Cinta
adalah harapan yang membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Cinta
adalah pemutus keputusasaan. Cinta adalah apa
yang semestinya membuat bumi ini berputar.
Para
pembenci bisa membunuh kita, melakukannya lagi dan lagi. Tapi mereka takkan
bisa menghapuskan harapan, semangat dan ‘cinta’ di dada kita. Sungguh, cinta takkan
bisa dibunuh.
#catatanjuang
hal. 299
Over all, aku sangat suka bukunya,
kata-kata yang dipakai ngga terlalu berat tapi ngena. Mengenai isi novelnya,
Apakah Suar mampu berhasil menjadi sineas
setelah memutuskan untuk resign dari karirnya yang cemerlang sebagai sales
asuransi di sebuah bank?
Apakah akan ada cerita roman dalam
kehidupan Suar?
Lalu, bagaimana Suar dapat menemukan Juang
- si pemilik buku catatan yang ia temukan?
Jawabannya: monggo… bisa langsung dibaca
buku Catatan Juang – nya. Sudah banyak tersedia di toko buku baik offline
maupun online. Atau, jika ada teman yang sudah punya boleh coba untuk dipinjam.
Karena membaca tak harus membeli bukan?
So gays, mari budayakan membaca.
Baca juga:
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar