Sabtu, 10 Maret 2018

Coffee Break #2: Kintamani Coffee


"Yang paling enak apa mas?" Tanyaku.
"Mmmmmm...." Mas nya mikir sambil liat daftar menu.
"Yang paling sering dipesen orang deh." Kataku.
"Yang paling sering sie... Gayo Aceh... Teruusss...."
"Mbaknya mau yang pahit apa yang kecut?" Mas-mas yang satunya menimpali.
"Kecut??!" Dahiku mengkerut. Kirain masnya mau nawarin yang pahit apa yang manis gitu.

Dan, karena Gayo Aceh-nya habis, jadilah aku pesan Kintamani Coffee - yang katanya pahit kecut.

"Boleh liat nyeduhnya mas?" Tanyaku kepo.
"Boleh mba, duduk di sana aja." Sembari menunjuk bar kecil yang memang dilengkapi kursi tinggi. Mungkin memang sengaja disediakan untuk para pengunjung yang ingin melihat proses penyeduhan kopi. OK, let's go...

Ada banyak toples tinggi nan bening berisikan biji kopi terpajang di atas meja kaca - lebih tepatnya sie di atas atalase kali ya. Dan pada toples bertuliskan 'GAYO' hanya berisi beberapa biji saja. Mungkin 4, 5, 6 atau 7, aku tak begitu yakin. Tapi itu memang bisa dikatakan habis. 😁😁

"Sering ngopi juga mba?"
"Ini baru nyoba mas." Dalam hati: sering mas, kopi sobek. 😁😁

Eh, pernah dink sekali, di Boulevard. Yang pernah aku ulas juga beberapa bulan lalu pada Episode Rasa: Kopiku belum pernah sepahit ini. Tapi saat ditanya tadi serius aku lupa. Ingatnya langsung ke kopi sobek. Hehehe sedikit jaim.

"Suka kopi ya?"
"Mmmmm... Baru nyoba mas. Jadi penasaran rasanya gimana." Keterusan jaim.
"...//&%$#@)(;:'//..." Serius aku ngga dong (ngga mudeng) masnya nanya apaan. Ada bahasa kopi yang disisipkan di sini.

"Hah?! Apa mas?" Aku bersiap, pasang telinga baik-baik.
"Mau yang pake ampas apa ngga usah nih?" Hahaha, ini toh artinya.

Daan, setelah sekian menit kemudian.

"Silahkan dinikmati..." Kata sang barista yang menurut penuturannya: 'masih belajar lah mba'. Saat dia mengatakan itu, aku pikir dia - hanya - sedang merendah.

Well, aku pun balik ke meja tempat di mana temen-temen berada (kopinya menyusul, jalan sendiri cangkirnya 😁😁 ). Setelah raib beberapa saat, teman-temanpun kepo.

"Kan ngendi si? suwe temen?!" (translate: Dari mana aja si? Lama banget?!)
*hehehe...


Masih di hari yang sama, sebelum tidur iseng-iseng buka internet. Apa itu Kintamani Coffee?

Yang muncul adalah:
"Green Bean Kopi Arabica Bali Kintamani"; "Kopi Bali Kintamani"; "Maharaja Bali Kintamani Coffee" ...dst - yang kebanyakan dibarengi dengan kata 'Bali' yang merujuk pada Pulau Dewata.

Kalau ditarik garis universal sie Kintamani Coffee itu kopi yang berasal dari daerah Bali. Ini sie menurut penangkapan pribadiku yang punya kualitas otak pas-pasan. Hehehe *mohon dikoreksi jika keliru*

Bagi yang penasaran boleh deh ikutan browsing, tanya-tanya ke embah yang serba tahu. Atau, langsung kunjungi saja kedai kopi favoritmu.

Pada beberapa artikel yang aku baca menyebutkan bahwa rasa khas dari kopi ini adalah ada sepet atau kecut-kecutnya gitu. Untung saja, saat disajikan tadi - pada lepek yang digunakan untuk tatakan gelas - disediakan juga 2 sachet gulaku. Alhamdulillaah....

Jadi, rasanya itu: pahit, asem, manis. Kayak hidup. ^_^

***

Lokasi:
Tiara Kitchen And Eatery
Jalan Senopati No.3
Perempatan Dukuhwaluh (Masuk ke Ruko Tiara Cellular)
Purwokerto
πŸ•˜Open: 09.00am-10.00pm
πŸ“² 085803800003 (call/sms)
IG >> @tiara.kitcheneatery

Senin, 05 Maret 2018

Resign! by Almira Bastari


Judul : Resign!
Penulis : Almira Bestari
Editor : Claudia Von Nasution
Desain Sampul : Orkha Creative
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Tahun 2018
Jumlah Halaman : 288 hlm

***

Buat lo… lo… lo… yang suka / sering / selalu bilang “Resign” tapi cuma omdo – alias omong doang – wajib banget baca ini punya buku. Why??? Karena novel fiksi karya Kak Almira ini (sok-sokan panggil “Kak”, tak apalah, secara usia kami cuma beda setahun, muda di gue. Hehehe… peace ya Kak Mira…) menyajikan hal-hal yang (mungkin atau mungkin banget) berada di benak kita selama ini, alasan mengapa ingin resign. Atau, alasan mengapa gagal resign. *ckckckck*

Membacanya sekilas membuatku membayangkan seperti sedang nonton ftv dengan plot cerita yang selalu sukses bikin penasaran dan baper. Walhasil, dalam tiga hari buku ini sudah rampung kubaca. Saking gregetnya antara pengin cepet nemuin endingnya dan enak menikmati alurnya yang penuh humor. Mungkin buat agan-agan yang hobi baca and punya banyak waktu luang bisa selesai dalam sekali duduk. Secara, gue cuma bisa baca di malam hari doang sebelum tidur, maka tiga hari itu sudah masuk dalam kategori cepat – versi gue yaa.

Pada buku ini pula, gue merasa menemukan istilah yang tepat buat status kepegawaian gue di tempat kerja.

“Cungpret. Alias kacung kampret.”

Yap, gue rasa, ketimbang disebut sebagai karyawan, sebutan cungpret emang lebih cocok disematkan ke diri gue. Dan alasan gue mantep banget buat beli buku ini adalah adanya kemiripan nasib dengan para cungpret yang di usung Kak Mira dalam novel bersampul dominan warna kuning ini (ngga semua tokoh ya, cuma ‘sebagian’ aja) Dan juga karena terlalu seringnya gue bilang “resign” tapi nyatanya NIHIL. NOL BESAR.

Ah, pokoknya gue ngga mau terlalu banyak spoiler di sini. Buat yang penasaran gimana ceritanya bisa segera diburu deh bukunya. Kemarin gue beli pake harga promo di salah satu tobuline - alias toko buku online - yang ketangkep basah promosi di IG dengan harga enam puluh satu ribu rupiah. Kalau ditulis pake angka begini kali ya Rp 61.000,00 atau biar kekinian begini saja 61k.

Okke gaes, berikut gue kasih bocoran deh – review yang ditulis di sampul bagian belakang – dari buku “Resign!

Check this out….

***

Kompetisi sengit terjadi di sebuah kantor konsultan di Jakarta. Pesertanya adalah para cungpret, alias kacung kampret. Yang mereka incar bukanlah penghargaan pegawai terbaik, jabatan tertinggi, atau bonus terbesar, melainkan memenangkan taruhan untuk segera resign!

Cungpret #1: Alranita
Pegawai termuda yang tertekan akibat perlakuan semena-mena sang bos.

Cungpret #2: Carlo
Pegawai yang baru menikah dan ingin mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih tinggi.

Cungpret #3: Karenina
Pegawai senior yang selalu dianggap tidak becus tapi terus-menerus dijejali proyek baru.

Cungpret #4: Andre
Pegawai senior kesayangan sang bos yang berniat resign demi menikmati kehidupan keluarga yang lebih normal dan seimbang.

Sang Bos: Tigran
Pemimpin genius, misterius, dan arogan, tapi dipercaya untuk memimpin timnya sendiri pada usia yang masih cukup muda.

Resign sebenarnya tidak sulit dilakukan. Namun kalau kamu memiliki bos yang punya radar sangat kuat seperti Tigran, semua usahamu akan terbaca olehnya. Pertanyaannya, siapakah yang akan memenangkan taruhan?

***

Dan pada paragraph terakhir bagian “Terima Kasih” Kak Mira menulis:

“Sooo, thank you so much for you who are reading this book! I hope you will find joy in doing your job. Kalau nggak happy, mungkin bisa resign? ;P”

Hmmm, ok… kalau ngga happy, mungkin bisa resign!
*Soon!!*